Jogja-Ada yang berbeda dengan proses seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tahun 2019 nanti.
Tahun depan, pendaftar harus mengikuti tes seleksi masuk PTN terlebih dahulu, baru kemudian mendaftar di universitas, dengan berbekal nilai yang telah diperolehnya.
Perihal itu disampaikan Kemristekdikti Muhammad Nasir, dalam kegiatan konferensi pers yang disiarkan di akun Twitter Sekretariat SBMPTN.
Kuota masing-masing PTN untuk penerimaan mahasiswa baru dari jalur SNMPTN adalah 20%, SBMPTN 40% dan mandiri maksimum 30%.
"SNMPTN turun dari tahun lalu. Dulu 30%. Kami lakukan evaluasi dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru. Kita lihat hasil akademiknya. Kedua kami ingin lihat, dari hasil penelusuran portofolio, kecenderungan nilainya sama sehingga sedikit diferensiasi," jelas Nasir.
Untuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), pelaksanaannya akan berdasarkan ujian tulis berbasis komputer atau kriteria yang disepakati PTN.
Ada sejumlah hal yang berbeda pada pelaksanaan SBMPTN tahun 2019, dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sebelumnya, pendaftar bisa langsung memilih kampus dan program studinya saat mendaftar.
Namun untuk tahun depan, peserta harus ikut tes terlebih dahulu, baru kemudian mendaftar ke universtas dan program studi, dengan berbekal nilai yang telah diperoleh.
"Beda sekali dengan cara yang kami lakukan pada masa lalu. Ini revolusi penerimaan mahasiswa baru. Bukan mahasiswa datang ke kampus, daftar kemudian tes, tapi tes dulu, baru nilainya untuk mendaftar ke kampus dan memilih program studi," paparnya.
Nasir juga mengungkapkan bahwa materi tes masuk PTN tahun 2019 lebih sederhana.
Peserta akan dihadapkan pada dua jenis tes, yaitu tes potensial skolastik (TPS) dan tes potensi akademik (TPA).
TPS untuk mengukur kemampuan penalaran dan pemahaman umum, yang dianggap penting untuk keberhasilan pendidikan formal.
Setiap peserta juga diberi kesempatan untuk dapat ikut tes maksimal dua kali.
Bila tes pertama gagal atau hasilnya kurang maksimal, maka peserta dapat mengulang pada tes hari berikutnya.
"Kami akan lakukan tes beberapa kali, gagal hari ini bisa dicoba lagi lain hari dengan tujuan untuk menjaring anak-anak dengan potensi yang baik, ingin bisa menyebar ke seluruh Indonesia," jelas Nasir.
Adapun untuk kelompok ujian ada dua, yaitu sains dan sosial humaniora.
Tahun depan, pendaftar harus mengikuti tes seleksi masuk PTN terlebih dahulu, baru kemudian mendaftar di universitas, dengan berbekal nilai yang telah diperolehnya.
Perihal itu disampaikan Kemristekdikti Muhammad Nasir, dalam kegiatan konferensi pers yang disiarkan di akun Twitter Sekretariat SBMPTN.
Kuota masing-masing PTN untuk penerimaan mahasiswa baru dari jalur SNMPTN adalah 20%, SBMPTN 40% dan mandiri maksimum 30%.
"SNMPTN turun dari tahun lalu. Dulu 30%. Kami lakukan evaluasi dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru. Kita lihat hasil akademiknya. Kedua kami ingin lihat, dari hasil penelusuran portofolio, kecenderungan nilainya sama sehingga sedikit diferensiasi," jelas Nasir.
Untuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), pelaksanaannya akan berdasarkan ujian tulis berbasis komputer atau kriteria yang disepakati PTN.
Ada sejumlah hal yang berbeda pada pelaksanaan SBMPTN tahun 2019, dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sebelumnya, pendaftar bisa langsung memilih kampus dan program studinya saat mendaftar.
Namun untuk tahun depan, peserta harus ikut tes terlebih dahulu, baru kemudian mendaftar ke universtas dan program studi, dengan berbekal nilai yang telah diperoleh.
"Beda sekali dengan cara yang kami lakukan pada masa lalu. Ini revolusi penerimaan mahasiswa baru. Bukan mahasiswa datang ke kampus, daftar kemudian tes, tapi tes dulu, baru nilainya untuk mendaftar ke kampus dan memilih program studi," paparnya.
Nasir juga mengungkapkan bahwa materi tes masuk PTN tahun 2019 lebih sederhana.
Peserta akan dihadapkan pada dua jenis tes, yaitu tes potensial skolastik (TPS) dan tes potensi akademik (TPA).
TPS untuk mengukur kemampuan penalaran dan pemahaman umum, yang dianggap penting untuk keberhasilan pendidikan formal.
Setiap peserta juga diberi kesempatan untuk dapat ikut tes maksimal dua kali.
Bila tes pertama gagal atau hasilnya kurang maksimal, maka peserta dapat mengulang pada tes hari berikutnya.
"Kami akan lakukan tes beberapa kali, gagal hari ini bisa dicoba lagi lain hari dengan tujuan untuk menjaring anak-anak dengan potensi yang baik, ingin bisa menyebar ke seluruh Indonesia," jelas Nasir.
Adapun untuk kelompok ujian ada dua, yaitu sains dan sosial humaniora.