Yogyakarta
BMKG : Waspadai Dehidrasi Saat Musim Pancaroba
Warga melintasi kawasan Alun-alun Selatan, Yogyakarta, Selasa (2/10/2018). Untuk mengurangi sengatan panas sinar matahari, sebagian warga memilih untuk melindungi tubuhnya dengan pakaian tertutup atau pelindung seperti topi dan payung saat bepergian.
Musim pancaroba yang sedang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya saat ini diikuti tingginya suhu saat siang hari.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Mlati, Sleman Agus Sudaryanto membenarkan jika adanya musim pancaroba memang sangat memperngaruhi tingginya suhu.
Pada siang hari, suhu yang bisa mencapai 33 derajat, bahkan di malam hari pun suhu yang ada bisa mencapai 22 derajat.
“Sekarang ini masih masuk musim pancaroba, dalam hal ini sinar matahari full, tapi awannya sedikit. Sehingga, suhu yang masuk ke permukaan banyak,” ungkapnya.
Dia menerangkan, jika dari segi kelembaban relatif cukup rendah, sehingga suhu yang ada relatif panas.
Aliran udara dingin yang sebelumnya berasal dari Australia dan mengarah ke Indonesia yang menyebabkan suhu dingin, saat ini juga sudah semakin berkurang.
“Dari segi kelembaban, relatif rendah. Kalau kemarin sebelumnya ada aliran udara dingin dari Australia, karena waktu itu matahari ada di belahan bumi utara, sehingga aliran dingin di Australia masuk ke Indonesia, sekarang ini sudah mulai berkurang,” katanya
Selain itu, saat angin mengarah dari Asia ke Australia juga menyebabkan suhu yang ada di Australia sudah relatif tidak mengalir ke Indonesia juga menyebabkan suhu panas yang ada di Indonesia relatif menyengat.
“Sekarang arah tekanan rendah ada di bumi bagian selatan. Kalau sudah full musim hujan angin full mengarah dari barat, dari Asia ke Australia, suhu yang ada di Australia sudah relatif tidak mengalir ke Indonesia. Maka, suhu yang ada di Indonesia, khususnya Yogyakarta relatif menyengat” terangnya
Oleh karena itu, Agus menghimbau masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah dan memperbanyak minum air putih agar tidak mengalami dehidrasi.
“Mestinya masyarakat mengurangi keluar rumah kalau tidak sangat penting, dan banyak minum air, nanti kalau terlalu panas bisa dehidrasi dan sakit, kalau ada AC nya tidak apa. Masyarakat umum untuk aktivitas agak dikurangi, kalau beraktivitas banyak minum,” ungkapnya.
Dia menerangkan, musim pancaroba diperkirakan akan berakhir pada awal November, atau bisa maju di akhir oktober.
Oleh karenanya, masyarakat juga harus tetap waspada adanya hujan dengan durasi singkat yang ada di musim pancaroba, yang bisa menyebabkan pohon tumbang akibat angin yang kencang.
“Musim penghujan diperkirakan awal November, kalau maju ya akhir Oktober. Waspada di musim pancaroba ini, karena adanya angin kencang dengan durasi singkat. Takutnya ada pohon yang tumbang yang bisa menyebakan korban jiwa,” katanya.
BMKG : Waspadai Dehidrasi Saat Musim Pancaroba
Warga melintasi kawasan Alun-alun Selatan, Yogyakarta, Selasa (2/10/2018). Untuk mengurangi sengatan panas sinar matahari, sebagian warga memilih untuk melindungi tubuhnya dengan pakaian tertutup atau pelindung seperti topi dan payung saat bepergian.
Musim pancaroba yang sedang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya saat ini diikuti tingginya suhu saat siang hari.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Mlati, Sleman Agus Sudaryanto membenarkan jika adanya musim pancaroba memang sangat memperngaruhi tingginya suhu.
Pada siang hari, suhu yang bisa mencapai 33 derajat, bahkan di malam hari pun suhu yang ada bisa mencapai 22 derajat.
“Sekarang ini masih masuk musim pancaroba, dalam hal ini sinar matahari full, tapi awannya sedikit. Sehingga, suhu yang masuk ke permukaan banyak,” ungkapnya.
Dia menerangkan, jika dari segi kelembaban relatif cukup rendah, sehingga suhu yang ada relatif panas.
Aliran udara dingin yang sebelumnya berasal dari Australia dan mengarah ke Indonesia yang menyebabkan suhu dingin, saat ini juga sudah semakin berkurang.
“Dari segi kelembaban, relatif rendah. Kalau kemarin sebelumnya ada aliran udara dingin dari Australia, karena waktu itu matahari ada di belahan bumi utara, sehingga aliran dingin di Australia masuk ke Indonesia, sekarang ini sudah mulai berkurang,” katanya
Selain itu, saat angin mengarah dari Asia ke Australia juga menyebabkan suhu yang ada di Australia sudah relatif tidak mengalir ke Indonesia juga menyebabkan suhu panas yang ada di Indonesia relatif menyengat.
“Sekarang arah tekanan rendah ada di bumi bagian selatan. Kalau sudah full musim hujan angin full mengarah dari barat, dari Asia ke Australia, suhu yang ada di Australia sudah relatif tidak mengalir ke Indonesia. Maka, suhu yang ada di Indonesia, khususnya Yogyakarta relatif menyengat” terangnya
Oleh karena itu, Agus menghimbau masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah dan memperbanyak minum air putih agar tidak mengalami dehidrasi.
“Mestinya masyarakat mengurangi keluar rumah kalau tidak sangat penting, dan banyak minum air, nanti kalau terlalu panas bisa dehidrasi dan sakit, kalau ada AC nya tidak apa. Masyarakat umum untuk aktivitas agak dikurangi, kalau beraktivitas banyak minum,” ungkapnya.
Dia menerangkan, musim pancaroba diperkirakan akan berakhir pada awal November, atau bisa maju di akhir oktober.
Oleh karenanya, masyarakat juga harus tetap waspada adanya hujan dengan durasi singkat yang ada di musim pancaroba, yang bisa menyebabkan pohon tumbang akibat angin yang kencang.
“Musim penghujan diperkirakan awal November, kalau maju ya akhir Oktober. Waspada di musim pancaroba ini, karena adanya angin kencang dengan durasi singkat. Takutnya ada pohon yang tumbang yang bisa menyebakan korban jiwa,” katanya.